Jumat, 10 Juni 2016

84 Hari Setelah Perpisahan


Sayangnnya aku tak seperti mereka, yang dipertemukan sebegitu beruntungnya dengan cintanya mereka. Hanya saja hatiku masih menyebut si pak masalalu tersebut. Cinta itu kodratnya memang harus dilepaskan, dilepaskan sejauh-jauhnya, bukan untuk dipaksakan, ataupun dipaksa agar dia menetap sebagaimana apa yang ada dipikiran kita.

Jika diingat kembali, aku masih ingat loh gimana kita dulu hehe. Masih sebegitu pahamnya saat engkau mencoba merayuku, apalagi saat engkau tunjukkan aku tentang duniamu.

Aku tak menyesali saat engkau mencoba datang kedalam duniaku dan merubah semuanya, namun harus seperti ini akhirnya ?

Maaf ya aku masih belum bisa lupain kamu hehe, maaf banget aku masih sayang sama kamu, maaf juga ya udah ngerepotin kamu dulu waktu anter-jemput aku, maaf aku masih beum bisa ngilangin rasa ini dari dalam hati.

Percayalah, aku sudah berusaha semampuku sampai titik darah penghabisan untuk mencoba melupakanmu namun hasilnya masih saja nihil.

Lucu ya, sangking pengennya melupakanmu sampai-sampai aku dikelas aku sama sekali tak berani mengajakmu berbicara, sekecil apapun pembicaraan itupun aku tak berani. Haha, menatap wajahmu saja aku tak punya nyali.

Kamu enak banget, berjalan kesini-kemari, bertingkah seakan-akan tak pernah terjadi apa-apa diantara kita.

Benar memang apa yang dikata Falen Pratama :

“Terkadang beberapa cinta lebih indah bila diikhlaskan ketimbang dipaksakan.”

Aku tak mempermasalahkan luka yang kau beri, namun bagaimana rasa ini pergi ?

Coba tanggung jawab, rasaku masih saja menetap padamu, masih menyayangimu. Ah.

Makasih ya udah ngenalin aku kedunia sepak bola kamu, aku suka kok sama sepak bola, duduk menunggu diatas tribun, melihatmu berlari-lari, mengejar bola, tak tentu arah, yang punya misi cuma satu, cetak gol ke gawang lawan.

Cerita kita sudah usai sejak lama memang, sejak 18 Maret saat aku tau bagaimana kelakuanmu sebenarnya.
Sayangnya, rasa sayangku untukmu belum usai sampai saat ini, sampai engkau menjalin kasih dengan yang lain pun aku masih belum sanggup untuk merelakanmu.

Perasaan untuk mengikhlaskanmu memang ada, sangat ingin membuang jauh perasaan ini. namun sayang, mengikhlaskan dan berpaling tak segampang apa yang engkau pikirkan. Atau memang aku yang sama sekali tak jago dalam hal ini ?

Kamu itu Anugerah, percayalah. Kamu itu indah, walaupun aku pernah mencoba membencimu agar aku bisa melupakanmu. 

Sayangnya, sudah jurus-rumus apapun kulakukan, masih saja aku tak bisa melupakanmu. Haha.
Dasar hidup.

Seharusnya jika dipikir logika, sesakit apa aku dulu aku mampu melupaknnya. Apalagi dengan dibumbuhi dia sudah menjalin hubungan dengan wanita lain. 

Tuhan, sebuta inikah cinta ?

Namun na-as, hubungan mereka kandas tak kurang dari satu bulan.

Maafkanlah aku ini yang masih belum mampu berpaling darimu, yang masih saja menyimpan rasa ini untukmu. Parahnya lagi, aku masih merasakan harapan itu didalam diriku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar