Jumat, 08 April 2016

Luka yang kau beri masih tertinggal sempurna

“kan udah aku ingetin, aku sama yang lainnya udah pernah bilang, dia gak baik” tutur Faris yang terus-menerus mengucap kata yang membuatku yakin bahwa dia pantas untuk dilepas.

Untuk mengucap beberapa kalimat aku tak sanggup, menjawab kalimat penenang teman-temanku tak mampu. Air mata ini membuat aliran sungai kecil dipipiku, terus mengalir membasahi wajahku. Wajah berkulit sawo matang ini berubah kemerah-merahan ditambahi migren yang tak kunjung selesai. Lengkap sudah penderitaanku.

“Karin, kamu masih sanggup ngebuang airmata-mu demi dia?” tanya Ira padaku, dengan sentuhan lembut tangannya mengusap airmataku.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, aku tak mampu jika lansung melepasnya, membuangnya jauh-jauh aku tak mampu. Pikiranku tak mau aku skip untuk memikirkan yang lain, masih saja kejadian tadi siang.
sumpah demi Tuhan, ini sungguh lebih buruk dari apapun, aku sungguh benar-benar hancur.

Kuberanikan berdiri dan menatap ulang dunia, merasakan bahwa masih banyak nikmat Tuhan yang belum aku syukuri, aku mempunyai teman seperti merekapun aku lupa untuk mengucap syukur kepada Tuhan.
Jika kuingat kembali memang sudah terlalu hancur, sudah sangat terpuruk, mana mungkin aku mampu melupakan kejadian itu tambah dorongan dari teman-temanku.

“udah pernah aku bilangin kan yang dia minta kenalan sama saudaraku, rin?” tanya Nizam,

Aku memikirkannya kembali,

Aku mengiyakan pertanyaannya, aku mengingatnya. Nizam pernah berkata seperti itu kepadaku, sudah sangat sering teman-temanku tidak menyetujui kedekatanku dengannya. bukan apa-apa, ia tak baik untuk wanita sebaik aku.

“bukan kamu yang nggak pantes buat dia, tapi dia yang gak pantes buat kamu” tutur kembali Faris mengguatkan aku.

“mungkin emang dia gak pernah seriusin satu perempuan, Karin, ia cuma mau main-main.” Imbuh Della.
Aku masih tak sanggup membuka bibirku untuk mengucap satu katapun, airmataku masih mampu berbicara mewakilkan perasaanku yang hancur tak berwujud.

Langit malam ini menampilakan lukisan dengan ribuan bintang-bintang menghiasinya. Hitam kebiru-biruan membuat aku yakin aku masih bisa membuka mata untuk yang lebih tepat tanpa kata trauma.

“Kehilangan adalah pembukaan untuk menyambut kedatangan”- selly maghfiroh, 15th, penulis amatir.

Rabu, 06 April 2016

Dear, Mas Taekwondo

sosokmu masih terbayang-bayang benar dipikiranku.
sosokmu jelas menggambarkan bagaimana kuatnya dirimu.
sosokmu masih sangat jelas terpendam dalam pikiranku bagaimana ada lelaki sebegitu setia sepertimu.
ketika kemarin lusa aku mendengar ribuan kalimat keluar dari mulutmu dengan kristalan airmataku yang siap tumpah, aku mendengarnya dengan baik.

berbekal dengan rasa sayang yang amat besar ia menjadikan rasa itu sebuah alasan agar tetap bertahan pada pilihannya.

"aku sayang dia, sayang, gak mau lihat dia sama cowok lain" suaranya terdengar jelas pada voicenote kemarin yang ia kirim.

sebegitu butakah cinta ?
apa yang membuatnya sangat menyayangi seorang wanita yang terpampar dengan jelasnya sudah tak pantas untuk dipertahankan ?

aku menghargai kesetiaannya pada wanita itu, sangat kuhargai. aku tak pernah menemukan lelaki sepertinya, dengan penuh keberanian ia mengambil keputusan yang kurasa tak banyak diambil oleh lelaki seumurannya. dia pemberani, sangat pemberani.

"iya aku paham, rasa sayangmu kedia kayak gimana aku paham. tapi kamu juga harus tegas ngehadepin cewek kayak gitu, lepasin kalau memang dia pengennya sama cowok lain. lepasin." jawabku setelah mendengar curhatannya.

aku tak pernah kuat menahan airmata ini jika ia bercerita tentang kekasihnya padaku. kurasa, wanita ini lebih dari sangat beruntung memiliki lelaki seperti temanku, sangat menjaga perasaan, hati, mata, tanpa melenceng dalam jalannya sedikitpun.

siapasih wanita yang nggak pengen dapetin lelaki setia ?
para wanita pasti ingin mendapatkan lelaki yang mempertahankan hubungan apapun yang terjadi, tentu ?

setiap orang mempunyai batasan-batasan untuk bertahan, terlebih pada pilihannya yang sangat terlihat jelas salah namun ia masih mampu untuk mempertahankannya kembali. mengukuhkan kembali ia masih sanggup, dengan resiko yang sudah jelas didepan mata ia sangat sanggup.

benar-benar kukagumi keputusanmu mas, aku tak mampu berkata lagi selain airmataku yang menjawab semua curhatanmu kepadaku. takjub saja melihat lelaki sepertimu, ternyata masih tersisa lelaki ciptaan Tuhan yang memegang teguh kesetiaan tanpa memandang apapun kecuali yang ia tau hanya karena rasa sayang yang amat terdalam.

jika orang menilaimu dari sebelah mata, aku yakin mereka tak pernah berpikir tentang sikapmu yang membuatku tercengang seperti ini. mungkin yang mereka katakan tentangmu hanya; dia suka bolos pelajaran, kalau ngomong gak enak didenger, kata-katanya kalau ngomong kasar, dan sebagainya.

dia lebih dari cemooh tersebut, dia lebih hebat dari kalian yang hanya bermodal mulut untuk menilainya. dia; lelaki setia dengan apapun resikonya, lelaki pemberani dengan pilihannya, lelaki tanpa urat patah semangat, atlet kejuaraan taekwondo tingkat nasional dengan segudang piala dan medali yang ia peroleh.

pasangan seharusnya hadir untuk melengkapi kekurangan, hadir untuk membuatmu merasa sangat dibutuhkan, hadir dengan segala cinta yang ada dalam hati.

tetap semangat dengan cintamu, kejar apapun pilihanmu, dan buat wanita itu sadar bahwa engkau masih berdiri memandanginya untuk membuat dirinya tau bahwa engkau sangat mencintainya.

Minggu, 03 April 2016

12


Wajahnya familiar, senyumannya kuingat kembali. Aku pernah melihatnya entah dimana, wajahnya sama sekali tak asing, aku terus melihatnya, terus kupandangi dari atas tribun. Ia duduk-duduk dibawah dengan tawa bersama teman-temannya yang masih menggunakan baju bebas sembari menunggu pertandingan pertama selesai.

Dengan tatapanmu yang terlihat, matamu sungguh elok tuk dipandang. Sendau-gurau dengan teman-temanmu menyatakan bahwa kau sudah menunggu giliran untuk bermain. Kaos yang semula biru dongker berganti jersey biru muda dengan celana putih, ditambahi tanda sebagai kapten melingkar pada lengan kananmu.

Aku tak mengenalmu, sama sekali tak mengerti siapa dirimu sebenarnya. Memandangimu dari jauh, tribun, sudah cukup rasanya. Model rambut bergaya klimis dengan postur yang sangat tinggi, engkau melatih tubuhmu untuk melakukan pemanasan ditepi lapangan.

Sudah kusimpan baik-baik video tertawamu didalam otakku dengan kapasitas megabytes yang besar. Langkah kakimu dengan pasti memasuki stadion untuk mengawali pertandingan dengan musuhmu.

Kulihat dari kejauhan, kau sangat mahir memainkan si kulit bundar tersebut. Dengan konsentrasi penuh, tribun yang dipenuhi oleh kalangan semua umur, mulai dari anak kecil, mbak-mas, bapak-ibu, semuanya kumpul jadi satu.

Kapten, iya, engkau kapten berjersey biru muda dengan celana putih bernomor punggung 12. Seseorang yang tak sama sekali aku kenali, tak aku mengerti namanya, mampu membuatkanku inspirasi untuk menulis lagi.

Inspirasiku kali ini engkau pak, tatapan indah yang memberi banyak makna.

“aku sebenarnya tak mau melihatnya lagi, aku tak mau lebih menghargai ciptaan Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma kali ini, untukku.”
Batinku, seraya memandanginya dengan senyum terukir diwajahku tanpa beristirahat sejenak.

Larian kakinya yang bertumpu pada rumput di stadion tadi sore merupakan larian semangatku untuk menulis kembali seperti ini. Ketikan jariku bertumpu pada keyboard yang sudah lama menunggu untuk dikelola kembali dengan pemiliknya.

Matamu mencerminkan kebahagian yang muncul pada dirimu. Dua peluit panjang menyudahi pertandingan sore ini. kebahagiaan yang terkuak pada wajah tampanmu tak terelakkan. Dengan skor telak, sekolahmu memenangkan pertandingan ini.

Dirimu juga begitu, telah memenangkan hati dan pikiran ini, me-refresh kembali semua sakit yang pernah aku alami. Membuang semua luka yang sempat menempel dan tak kan pernah ku ikhlaskan keberadaannya. Susah memang mengikhlaskan yang hampir tergenggam.

 Tuhan, jika engkau ciptakan ia hanya untuk kukagumi. Kenapa dengan gampangnya Kau membuat mataku dan pikiranku, serta hatiku terlalu luluh untuk seseorang yang belum sempat kukenal, berbicara pun tak pernah. Yang aku tau, dia berpostur tinggi, kulit sawo matang, dan satu tendangan dari kakinya yang mendarat di gawang lawan.

Serasa dia inspirasi dalam hari-hariku, menulis ialah pilihan. namun, jika pilihanku menulis namun tak mengerti apa yang harus ditulis juga hal bodoh. Terima kasih sudah mampir untuk menjadi inspirasiku kali ini.